Perayaan Paskah adalah sebuah perayaan yang dilakukan umat Kristiani untuk memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus. Terdapat beberapa ciri khas dalam perayaan ini; salah satunya yaitu kehadiran kelinci paskah yang mengantarkan telur dan coklat kepada anak-anak yang berperilaku baik selama masa perayaan paskah.
Tapi kenapa berbagai tradisi mengaitkan hari perayaan ini dengan seekor kelinci? Alkitab tidak pernah menyebut mengenai kelinci paskah, jadi sebenarnya apa hubungannya kebangkitan Yesus Kristus dengan hewan tersebut?
Di internet, terdapat banyak sekali penjelasan mengenai asal-usul kelinci paskah. Namun, bila semua itu dirangkum, maka inilah penjelasannya: “Kelinci paskah berasal dari perayaan dewi Eostre yang merupakan kepercayaan agama Germanic Paganism. Perayaan ini dilakukan oleh kaum Anglo-Saxon.”
Terdengar ribet? Ayo, kita bedah satu-satu! Dimulai dari kaum Anglo-Saxon. Anglo-Saxon adalah sebuah sebuah kaum yang terdiri dari berbagai kerajaan. Pada abad ke-4, kaum ini berperang melawan Bangsa Roma dan akhirnya menempati tanah Britain yang sebelumnya diduduki oleh Bangsa Roma. Kerajaan-kerajaan Anglo-Saxon ini akhirnya bersatu pada tahun 1066 dan membentuk Kerajaan Inggris yang kita kenal sampai sekarang.
Sebelum agama Kristen menyebar dan menjadi agama mayoritas kaum ini, kaum Anglo-Saxon menganut agama Germanic Paganism. Pada agama ini, terdapat berbagai festival perayaan. Salah satunya adalah festival penyambutan musim semi dengan merayakan dewi Eostre, yaitu dewi kesuburan.
Dewi Eostre ini pernah suatu kali menemukan seekor burung dengan sayap yang membeku. Eostre menyelamatkan burung ini dengan mengubahnya menjadi seekor kelinci. Akhirnya, kelinci ini bertelur setahun sekali pada perayaan dewi Eostre sebagai tanda terima kasih. Kelinci yang bertelur ini dinamakan hewan Osterhase.
Tradisi perayaan dewi Eostre dan kisah mengenai Osterhase ini dibawa masuk ke Amerika pada tahun 1700 oleh imigran German yang tinggal di Pennsylvania. Seiring waktu, sebutan ‘Eostre’ akhirnya berubah menjadi istilah yang kita kenal sekarang, yaitu ‘Easter’. Perayaan penyambutan musim semi ini akhirnya menjadi peringatan perayaan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang kini dirayakan oleh semua orang.
Selain kisah dari Osterhase, terdapat 2 alasan lain mengapa telur menjadi ciri khas perayaan paskah. Yang pertama adalah karena gereja-gereja pada abad ke-13 percaya bahwa umat Kristiani tidak boleh mengonsumsi telur pada masa Lent(masa pra-paskah). Masa Lent ini adalah masa 40 hari, tanpa menghitung hari Minggu, di mana kaum Kristiani berpuasa untuk memperingati kejadian Yesus dicobai selama 40 hari di padang gurun(Matius 4:2). Masa Lent dimulai dari Rabu Abu(22 Februari 2023) dan berakhir pada Kamis Putih(6 April 2023). Karena umat kristiani saat itu tidak diperbolehkan memakan telur saat masa Lent, telur menjadi salah satu makanan yang dirayakan saat Paskah tiba. Alasan kedua adalah karena pengaruh Raja Edward dari England. Pada tahun 1290, Raja Edward memesan 450 telur yang terdekorasi untuk perayaan paskah. Kebiasaan tersebut akhirnya diikuti sampai sekarang.
Nah, itu dia Blistener, asal-usul tradisi kelinci dan telur paskah. Ternyata ciri khas dari perayaan umat Kristiani ini berasal dari perayaan agama lain yang dianut pada ratusan tahun yang lalu! Menarik banget ya?
Don’t forget to follow our social media for more information!
Instagram: @bvoice_radio
Twitter: @bvoice_radio
Facebook: BVoice Radio
Line@: @jfn14361
YouTube: BVoice Radio
(Writer: Ellena Ruth Wangsa / BVoice Radio)
(Editor: Zaki Zaidaan Rachman / BVoice Radio)