Blistener, sudah tahu belum kalau ada yang baru dari Kinosuite International di JAFF Market 2025? Dari yang awalnya cuma kurator film, sekarang Kinosuite sudah upgrade menjadi perusahaan Distribusi dan Penjualan Dunia (World Sales) yang membantu karya film-film tanah air bisa lebih dikenal.
Menurut Head of Distribution Kinosuite, Axel Azarya, perfilman Indonesia harus terus berkembang mengikuti dinamika dunia film yang juga terus berevolusi. Tujuan utamanya sederhana kok, Blistener! Yaitu untuk mendorong film Indonesia ke pasar global, sekaligus membuka akses bagi film internasional ke audiens Indonesia.
Arsip dan reputasi yang dibangun sama Kinosuite selama bertahun-tahun, jadi modal utama dalam memulai langkah ini. Jadi, beda sama distributor baru yang harus mulai dari nol, Kinosuite sudah punya “amunisi” seperti pipeline judul aktif, rekam jejak festival, materi publikasi, dan kepercayaan dari para pembuat film untuk penayangan perdana karya mereka.
Tapi, tentunya ada beberapa tantangan. Mulai dari jalur festival, mitra bioskop, sampai pembeli global yang relevan. Di era serba digital seperti sekarang, semuanya bisa dibuat serba cepat, tapi ekspektasi dari orang-orang juga ikut naik. Pembuat film butuh partner yang mengerti nilai artistik sekaligus dinamika pasar perfilm-an. Nah Blistener, kepercayaan inilah yang mau dijaga dan dikembangkan sama Kinosuite!
JAFF Market: Pasar Regional dalam Transisi
Kalau lo sudah mengikuti JAFF Market dari tahun ke tahun, pasti tahu kalau acara ini awalnya cuma kuat di ranah domestik. Namun pelan-pelan, arahnya mulai bergeser dengan adanya tamu internasional.
Beberapa pelaku industri internasional seperti Polina Taganova, melihat perubahan ini sebagai pertanda bagus. Diskusi soal film, nggak lagi soal jual-beli cepat, tapi juga soal konteks, nilai, dan posisi Asia Tenggara di kancah global. Pendekatan Kinosuite yang datang dari latar kurasi film juga bikin obrolan terasa lebih nyambung, loh!

source: kinosuite
Beberapa produser juga merasa bahwa JAFF Market sudah berada di titik temu strategis. Nggak cuma untuk pitching, tapi untuk bertukar perspektif, khususnya terkait perkembangan pasar Indonesia dan potensi kolaborasi di masa yang akan mendatang. Nah, hal ini memperkuat posisi JAFF sebagai ruang yang sedang bertransformasi dari lingkup lokal menuju regional, bahkan global.
Waktu yang dipilih Kinosuite juga pas! Saat pasar film makin bergantung pada data, keputusan pembeli tetap dipengaruhi oleh kepercayaan pada kurasi. Di sinilah, Kinosuite hadir dengan kemampuan pemilihan film dan pembacaan potensi pasar. Strateginya dirancang dua arah, membawa film Indonesia dan regional ke festival, platform, dan pembeli internasional, sekaligus membuka jalur pemutaran yang rapi bagi film-film global di Indonesia.
Filosofi Keberlangsungan Relasional
Blistener, buat banyak delegasi internasional, bertemu Kinosuite nggak hanya untuk bisnis, tapi juga untuk pertukaran budaya. Ada minat besar untuk melihat cerita dari Asia Tenggara yang jujur, nggak dilebih-lebihkan, dan nggak cuma dijadikan sekadar eksotisme. Punya distributor yang sudah lama hidup di ekosistem ini bikin obrolan jadi lebih setara. Jadi, lo nggak perlu jelasin konteks dari nol, karena semua pihak sudah berdiri di pemahaman yang sama!
Ambisi Kinosuite tercipta dari prinsip timbal balik. Film Indonesia diharapkan bisa jalan lebih jauh ke festival dan pasar global, sementara film-film internasional juga punya jalur eksibisi yang bermakna di Indonesia. Distribusi di sini dipandang bukan hanya sekedar persoalan jual-beli, tapi soal nyambungin cerita dan manusia. Menurut Presiden Kinosuite International, Julio Rionaldo, film adalah jendela untuk melihat sisi kemanusiaan dan distribusi adalah jembatan yang memungkinkan hal itu terjadi. Keren banget nggak sih, Blistener?
Bagi Kinosuite, budaya film cuma bisa bertahan kalau ada sistem yang bisa menopang. Festival, distributor, agen penjualan, arsip, komunitas bioskop, semuanya saling terkait sehingga memungkinkan para pembuat film bereksperimen, gagal, lalu berkembang. Ini bukan pekerjaan dalam jangka satu sampai dua tahun, tapi investasi panjang untuk generasi pembuat film berikutnya, dimana film Indonesia bisa diputar di Kairo, Busan, atau Buenos Aires, dan sinema dunia bukan hanya jadi tamu di Indonesia, tapi ikut hidup dan berdialog dengan penontonnya. Karena pada akhirnya, Blistener, makin luas cerita beredar, makin besar peluang untuk saling memahami!
Kritik, Konteks, dan Prospek ke Depan
Tapi, tentunya nggak semua orang bisa langsung yakin, Blistener. Punya nama besar di festival bukan hal yang bisa langsung membuat film laku di pasaran. Masih ada tantangan soal logistik, hukum, sampai kebutuhan modal, apalagi untuk tim yang masih kecil. Ada juga pertanyaan soal arah ke depan: apakah Kinosuite akan tetap setia di film art-house, atau mulai menyentuh wilayah yang lebih komersial?
Pimpinan Kinosuite juga sadar tentang hal itu. Makanya, pendekatan yang mereka pilih cenderung pelan tapi terukur, dimulai dari hal-hal mendasar seperti transparansi kerja, pembayaran tepat waktu, dan pemasaran yang dirancang secara matang. Polina, melihat langkah ini dengan optimisme yang hati-hati. Kalau Kinosuite bisa menjaga keseimbangan antara kurasi dan kebutuhan pasar, mereka pasti punya peluang untuk jadi penghubung penting bagi film-film Asia Tenggara ke ranah global.
Gelombang Baru dalam Rantai Nilai Global

source: kinosuite
Pengumuman Kinosuite di JAFF Market 2025 ini sangat selaras dengan diskusi soal infrastruktur film di negara-negara berkembang. Distribusi sering menjadi hal yang nggak diperhatikan, padahal justru disanalah banyak nasib film ditentukan.
Bagi pembuat film lokal, kehadiran kurator yang juga berperan sebagai distributor terasa seperti jawaban dari masalah lama. Lo nggak cuma diajak bikin karya, tapi juga diajak mikirin ke mana karya itu bakal hidup.
Langkah konkret pun mulai diambil, mulai dari penyusunan slate, penguatan jaringan internasional, sampai membuka jalur komunikasi dengan pembeli dan mitra. Walaupun skalanya belum besar, tapi arahnya sudah jelas untuk jangka panjang. Kawasan Asia Tenggara memang makin dilirik dunia, tapi masih banyak hal yang tertinggal dari sisi talenta, ekspansi Kinosuite datang di waktu yang sangat pas.
Pada akhirnya, yang dibutuhkan perfilman Indonesia bukan cuma film bagus, tapi juga ekosistem produksi sampai distribusi yang saling mendukung. Jadi yuk, Blistener! Dukung perfilman Indonesia dengan terus nonton, berbagi cerita, dan memberi ruang bagi karya-karya lokal untuk berkembang.
Nah, biar lo nggak ketinggalan info soal film dan festival seru lainnya, langsung aja follow semua social media BVoice Radio ya, Blistener!
Instagram : @bvoice_radio
X : @bvoice_radio
Youtube : BVoice Radio
Line@ : @jfn1436I
(Writer : Dyah Asti Pratiwi / Reporter BVoice Radio)
(Editor: Cheysia Rafeyfa & Khairini Nathania / Reporter BVoice Radio)




